Dalam banyak hal,
akan lebih nyaman bekerja secara tim dibandingkan bekerja sendiri-sendiri,
dengan ego masing-masing. Pendapat ini juga berlaku untuk sebuah organisasi
di mana banyak terdapat lini kerja berbeda yang dipimpin oleh seorang pemimpin.
Dengan demikian, salah satu fungsi
organisasi adalah wadah di mana kerja dilakukan secara bersama-sama dengan cara
dipimpin oleh seseorang yang memang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk
memimpin orang-orang. Di sini yang diutamakan adalah kerja kelompok, dan bukan
individu. Dan salah satu tugas pemimpin adalah memastikan bahwa orang-orang
yang bekerja di bawahnya mampu menyelesaikan semua tugas dengan baik, secara
bersama-sama.
Hanya saja, fungsi pemimpin bukan hanya
mengatur semuanya agar sesuai dengan rencana dan visi, melainkan juga
memelihara keinginan anak buah untuk melakukan kerja kelompok. Penting untuk
dipahami bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki jiwa yang suportif, artinya
mampu memandu anak buahnya dalam setiap tugas yang dibebankan kepada mereka.
Mengapa harus demikian? Karena sebuah
organisasi membutuhkan pemimpin yang memandu, bukan memerintah, dan juga
pemimpin yang mampu menjadi pusat di mana segala keluhan yang berhubungan
dengan pekerjaan ditempatkan. Kebanyakan pemimpin hanya tahu bagaimana mengatur
dan memerintah, namun tidak banyak yang menyadari bahwa ini adalah soal
mengatur banyak orang tanpa yang diatur menyadari bahwa ia sedang diatur.
Karena itu, gaya yang paling cocok untuk diterapkan adalah gaya kepemimpinan
yang suportif.
Karena pemimpin harus mendukung banyak
orang, maka yang paling utama tentu saja adalah kerja tim. Pemimpin memang
mengendalikan semua, namun ia tetap harus mengkomunikasikan segala hal dengan
cara seefektif mungkin. Anda bisa lihat bahwa akar dari semuanya adalah proses
komunikasi. Jika proses ini macet, maka kerja tim akan terganggu.
Lalu, bagaimana kita mesti memahami
proses komunikasi tersebut? Apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan konsep
komunikasi yang efektif? Tentu saja akan ada banyak yang dibutuhkan, namun pada
intinya ini bukan soal apakah seorang pemimpin menguasai ilmu komunikasi dengan
baik atau tidak. Beberapa hal kecil seperti menyapa anak buah dengan cara
seluwes mungkin merupakan hal baik untuk dilakoni, sebab dengan begini anak
buah akan merasa dihargai oleh pemimpinnya. Sebuah tim dengan kerja kelompok
membutuhkan pemimpin yang mengayomi, dengan cara sekecil apapun.
Beberapa cara lain juga bisa
diterapkan, misalnya, membuka jalur komunikasi supaya anak buah bisa
berkonsultasi dengan pemimpin. Artinya, seorang pemimpin mesti membuka dirinya
untuk komunikasi, supaya jika terjadi permasalahan, anak buah tahu kemana harus
berkonsultasi.
Hanya saja, jangan terlalu mengatur
anak buah dan bersikap otoriter. Seorang pemimpin juga bisa menjadikan dirinya
sebagai pedoman, yakni sebuah pusat di mana karyawan bisa membawa
permasalahannya kepada anda. Namun harus diingat bahwa karyawan juga setidaknya
harus membawa alternatif solusi.
Loyalitas Sebagai Tolak
Ukur Kepemimpinan
Dalam sebuah organisasi, loyalitas menjadi penting. Ini tidak hanya berlaku untuk karyawan, namun juga berlaku untuk para pemimpin. Loyalitas berarti sebuah kesetiaan, tidak hanya untuk organisasi, namun juga untuk visi dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pemaknaan loyalitas seperti ini berarti juga menuntut pemimpin untuk memperhatikan setiap tindak tanduknya.
Dalam sebuah organisasi, loyalitas menjadi penting. Ini tidak hanya berlaku untuk karyawan, namun juga berlaku untuk para pemimpin. Loyalitas berarti sebuah kesetiaan, tidak hanya untuk organisasi, namun juga untuk visi dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pemaknaan loyalitas seperti ini berarti juga menuntut pemimpin untuk memperhatikan setiap tindak tanduknya.
Artinya, semua visi dan misi, serta
aksi dan rencana tertentu harus berkiblat pada kepentingan perusahaan.
Tentu saja semua itu bisa diselaraskan
dengan hal-hal tertentu seperti kepentingan masyarakat luas. Namun pada
intinya, loyalitas kepada organisasi adalah hal pertama yang mesti
dipertimbangkan. Sebagai team builder, seorang pemimpin mesti tahu bahwa
loyalitas akan membantu tim untuk menjadi solid.
Meskipun loyalitas dipandang sebagai
salah satu sarana untuk menunjukkan komitmen terhadap perusahaan, namun harus
diketahui bahwa ini juga terkait dengan individu-individu yang tergabung dalam
sebuah organisasi. Karenanya, yang pertama perlu dihadapi oleh seorang pemimpin
adalah bagaimana ia mengelola loyalitasnya untuk memenuhi ekspektasi-ekspektasi
tertentu yang diharapkan oleh tim yang anda bentuk.
Ini tidak berarti bahwa loyalitas
kepada bawahan atau tim merupakan segala-galanya, dan melupakan loyalitas
terhadap organisasi. Namun bagaimanapun, loyalitas terhadap tim juga harus
selaras dengan loyalitas terhadap organisasi. Seorang pemimpin yang loyal
kepada anak buah serta merta akan membantu anak buah untuk bekerja sesuai dengan
keinginan pemimpin. Ini dikarenakan mereka tahu bahwa pemimpin mereka akan
melindungi dan bekerja bersama mereka, alihg-alih memerintah dan mengatur
mereka.
Tentu saja dalam setiap tim, aspek
kepatuhan anak buah menjadi sebuah poin yang penting juga. Dengan demikian,
apakah loyal terhadap anak buah berarti bahwa anda (sebagai pemimpin) harus
selalu menuruti apa permintaan anak buah?
Tidak begitu juga. Intinya adalah
paduan sikap tegas dan berkharisma, ditambah loyalitas kepada anak buah
merupakan sikap terbaik yang bisa anda tunjukkan. Harus selalu ada harmoni di
antara ketiganya. Anda tidak bisa membela anak buah anda ketika ia benar-benar
melakukan kesalahan yang fatal, namun anda bisa membela anak buah anda ketika
ia ditekan manajemen atas kesalahan yang tidak ia lakukan. Itulah inti dari
loyalitas kepada anak buah.
Loyalitas semacam itu sesungguhnya baik
untuk sebuah organisasi. Lalu, bagaimana anda bisa melakukannya? Pertama-tama,
setidaknya anda perlu menjadi suara untuk tim anda, ketika anda dan mereka
berhadapan dengan manajemen. Sebagai seorang pemimpin, anda lah yang mesti maju
membela tim dan keyakinan anda sendiri. Loyalitas juga bisa anda tunjukkan
dengan memberikan reward/ganjaran atas prestasi anak buah anda.
Pastikan anda memberi penghargaan atas
setiap pencapaian mereka, dan anda juga harus memastikan bahwa sukses tim
tersebut terdengar oleh pihak manajemen. Kedua, anda tidak bisa bekerja
sendirian, karena itu pastikan bahwa anda benar-benar menjaga loyalitas kepada
anak buah anda, demi kelancaran organisasi itu sendiri.
Pemimpin Sebagai Pemberi Kesempatan
Berkembang
Dalam sebuah organisasi, masing-masing individu yang berada di dalamnya dituntut untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Artinya, seorang karyawan diminta untuk menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Sejurus dengan itu, seorang pemimpin dalam sebuah organisasi juga dituntut untuk memberi ruang bagi anak buahnya untuk berkembang.
Dalam sebuah organisasi, masing-masing individu yang berada di dalamnya dituntut untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Artinya, seorang karyawan diminta untuk menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Sejurus dengan itu, seorang pemimpin dalam sebuah organisasi juga dituntut untuk memberi ruang bagi anak buahnya untuk berkembang.
Sebuah organisasi yang terlalu banyak
menuntut ini itu kepada anak buahnya, tanpa memberikan kesempatan mereka untuk
berkembang, adalah sebuah kesalahan. Di titik inilah seorang pemimpin dituntut
supaya mampu memberikan banyak kesempatan bagi anak buahnya untuk mengembangkan
diri. Jika seorang karyawan diberi kesempatan, dan ia ternyata mampu
mengembangkan diri, maka sudah pasti ini adalah keuntungan bagi organisasi.
Pemimpin harus menyediakan kesempatan-kesempatan kea rah yang menuntun karyawan
untuk berkembang.
Perkembangan karyawan/anak buah tentu
saja erat kaitannya dengan proses pembelajaran dan penyerapan pengetahuan.
Pengetahuan di sini bukan berarti sesuatu yang bersifat akademis, melainkan
semua hal yang dipelajari di manapun dan kapanpun.
Seorang pemimpin berdedikasi dan loyal
selalu membantu anak buahnya untuk berkembang, dengan cara memberikan ruang
untuk belajar dari apapun, termasuk kesalahan-kesalahan kecil. Tanpa etos
pembelajaran yang kuat, seorang karyawan tidak akan berkembang, dan tentu saja
ini adalah kerugian untuk organisasi. Mempertimbangkan pemberian ruang untuk
pembelajaran – dalam setiap proyek, tugas, dan pekerjaan – adalah sebuah cara
terbaik yang bisa dilakukan para pemimpin, terutama dalam hubungannya dengan
membentuk tim yang solid, kuat, dan berkualitas.
Dalam setiap eksekusi rencana yang
dijawantahkan lewat aksi tertentu, setiap pemimpin tentu saja akan menemukan
beberapa hambatan atau permasalahan yang menghambat kemajuan. Di sini tugas
pemimpin adalah membantu anggota tim untuk belajar dari persoalan yang mereka
hadapi.
Jadi, jelas di sini bahwa belajar tidak
hanya soal memanfaatkan waktu luang di luar pekerjaan, namun juga soal
bagaimana menyerap pengetahuan dan memanfaatkan kesalahan untuk belajar sesuatu
darinya. Pemimpin harus memberi ruang bagi anggotanya untuk belajar sesuatu
dari masalah yang mereka hadapi di ruangan. Pemimpin seperti itu akan cenderung
disukai oleh anak buah, ketimbang pemimpin yang tahunya hanya mengomel ketika
kesalahan muncul.
Karena itu seorang pemimpin harus
menemukan apa saja yang diperoleh anak buah ketika mereka mengerjakan hal
terbaik. Artinya, pemimpin harus mencari tahu apa yang terbaik bagi anak
buahnya. Apakah itu berupa management training, misalnya.
Selanjutnya, seorang pemimpin juga
barangkali bisa mempertimbangkan untuk menjadikan proses delegasi sebagai media
pembelajaran bagi anak buah. Cara-cara seperti ini membantu anak buah untuk berkembang
dengan maksimal, sebuah hal yang tentu saja menguntungkan secara structural.
Pemimpin harus sadar bahwa makanan bernama pengetahuan hanya bisa diperoleh
dari proses pembelajaran yang diberikan kepada para anggota tim. Segera ajarkan
anak buah anda untuk menyerap pengetahuan sebanyak mungkin.